KAPANKAH WAKTU MENTALQIN?
Oleh:
Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah
Oleh:
Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah
Samahatusy Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rahimahullah ditanya:”Kapankah waktu untuk mentalqin (membimbing orang yang hendak meninggal dengan kalimat Tauhid)?
Jawab: Talqin diajarkan saat seseorang sudah berada di ambang kematian. Ia ditalqin dengan kalimat Laa Ilaha Ilallah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam saat pamannya Abu Tholib akan meninggal. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya dan mengucapkan:”Wahai paman, ucapkanlah Laa Ilaha Ilallah kalimat yang kujadikan hujjah untukmu dihadapan Allah” . Tetapi paman beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam enggan mengucapkan hal ini – kita berlindaung kepada Allah- dan ia mati di atas kesyirikan.
Adapun talqin setelah seseorang meninggal, maka hal ini adalah bid’ah, karena tidak ada hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan tentang hal itu. Tetapi yang harus di lakukan adalah sebagaimana diriwayatkan dari Abu Dawud ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam selesai menguburkan mayat, beliau berdiri di depan kubur dan bersabda:
استغفرا لأخيكم وسلوا له بالتثبيت فإنه الآن يسأل
“Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu dan mintalah untuknya keteguhan karena ia sekarang sedang ditanya” (HR. Abu Dawud no. 3221).
Adapun membaca Al-Qur’an di kuburan atau mentalqinkan di kuburan maka hal itu adalah bid’ah, tidak ada dasar atasnya.
Dinukil dari: Majmu’ Fatawa Arkanil Islam, soal no. 340
0 komentar:
Post a Comment