RESUME KITAB
كــن سلفيا على الجادة
Oleh:
Abu Muhammad Abdurrahman bin Sarijan
كــن سلفيا على الجادة
Oleh:
Abu Muhammad Abdurrahman bin Sarijan
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له واشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له واشهد أن محمدا عبده ورسوله
أما بعد
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengutus Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai rahmat bagi manusia. Allah Azza wa Jalla berfirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ } (1
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya’: 107).
Dan Dia menjadikan umatnya, umat yang berada di tengah-tengah, tidak berbuat ghuluw dan tidak juga mengurangi. Akan tetapi mereka adalah umat yang berada ditengah-tengah dan berbuat adil.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا} (143) سورة البقرة
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu” (QS. Al-Baqoroh: 143).
Maka sungguh agama Islam telah melarang kita dari berbuat ghuluw dan mengurangi serta memerintahkan kepada kita untuk berbuat tengah-tengah dan adil dalam segala aspek. Dan merupakan buah dari dari ajaran agama ini (baca: Islam) adalah: keadilan, inshof, meniadakan perbuatn dzalim, dan berhukum dengan hukum yang benar.
Dan salah satu contoh terbaik dalam hal ini (umat yang berbuat tengah-tengah dan adil, pent) dalam perkataan, perbuatan, dan aqidah adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mereka adalah golongan yang paling banyak untuk dijadikan contoh bagi kita dalam segala aspeknya, mereka adalah golongan yang menetapi jalan nabinya shalallahu ‘alaihi wa sallam dan khulafa’ Ar-Rosyidin, mengikuti petunjuk dari kitab-Nya dan sunnah Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam serta mereka adalah golongan yang menetapi pemahaman salaf al-ummah.
Oleh karenanya, ahlus sunnah adalah sebaik-baiknya golongan dalam umat ini, mereka adalah golongan yang tidak ghuluw dan juga tidak mengurangi, mereka adalah Thoifah Al-Manshuro, dan mereka adalah golongan yang selamat (Firqotun Najiyyah).
Dan telah kita ketahui bahwa sesungguhnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, mengikuti menhaj mereka, serta mengikuti jalannya hingga hari akhir. Mereka tidaklah disebut dengan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah kecuali setelah munculnya/tampaknya bid’ah, serta berbilangnya kelompok-kelompok sesat.
Buku dengan judul Kun Salafiyyan ‘alal Jaadah karya Syaikh Doktor ‘Abdus Salam bin Salim As-Suhaimi hafizahullah Ta’ala –Dosen Fiqh Universitas Islam Madinah Al-Munawaroh- ini mencoba membahas tentang seluk beluk salafiyyah (Ahlus Sunnah wal Jama’ah), mulai dari makna as-sunnah; penamaan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, maksud salaf kalimat salaf; wajibnya menampakkan madzhab salaf dll.
Buku ini di beri komentar oleh beberapa ulama, yaitu:
a. Syaikh Doktor Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan hafizahullah Ta’ala (Anggota Kibar Ulama dan anggota Lajnah Ad-Daimah, KSA).
b. Syaikh ‘Ali bin Muhammad bin Nashir Al-Faqihiy hafizahullah Ta’ala (Mantan Dosen Aqidah di Universitas Islam Madinah dan Pengajar di Masjid Nabawi Asy-Syarif, KSA).
c. Syaikh ‘Ubaid bin Abdillah Al-Jabiriy hafizahullah Ta’ala (Mantan Dosen di Universitas Islam Madinah, KSA).
Pada bagian awal buku ini menerangkan makna As-Sunnah baik secara bahasa, maupun secara istilah baik menurut istilah para ahli hadits maupun menurut istilah ahli fiqh.
Pada bagian kedua, menerangkan tentang disyari’atkannya penamaan ahlus sunnah wal jama’ah. Ahlus Sunnah wal Jama’ah disebut juga dengan; Al-Firqatun Najiyyah, Ath-Thoifah Manshuroh, Ahlul Hadits wal Atsar, dan Salafiyyun.
a. Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Ini merupakan nama yang dikenal (masyhur) dan diketahui oleh hal layak. Dinamakan Ahlus Sunnah dikarenakan mereka menetapi As-Sunnah.
Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah:”Karena As-Sunnah bertepatan/menetapi Al-Jama’ah sebagaimana bid’ah menetapi perpecahan…” (Al-Istiqomah, 1/42).
b. Ahlul Hadits
Penamaan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan Ahlul Hadits telah banyak disebutkan oleh para ahli ilm, seperti Syaikhul Islam Ibn Taimiyah rahimahullah.
Berkata Al-Imam Al-Ashobuniy rahimahulla Ta’ala:”Sesungguhnya Ahlul Hadits adalah orang-orang yang berpegang teguh kepada Al-Kitab dan Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam –semoga Allah menjaga mereka ketika masih hidup dan merahmati mereka ketika mereka meninggal- ….” (Aqidah Salaf Ashabul Hadits).
c. Ahlul Atsar (Al-Atsariyyah).
Penyebutan nama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan Ahlul Atsar juga banyak diterangkan oleh para ahli ilm.
Berkata Ibn Abi Hatim Ar-Raziy:”Madzhab dan pilihan kami adalah mengikuti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, serta tabi’in dan berpegang teguh dengan madzhab ahlul atsar, seperti: Abi Abdillah Ahmad bin Hanbal…” (Syarh Ashul I’tiqod Ahlus Sunnah, 1/179).
d. Al-Firqotun Najiyyah (Golongan Yang Selamat), yakni selamat dari api Neraka. Hal ini sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam:
كلها في النار إلا واحدة
“Semuanya akan masuk Neraka, kecuali satu”, yakni tidak akan masuk Neraka.
e. Ath-Thoifah Manshuroh.
Penamaan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan Ath-Thoifah Manshuroh di ambil dari sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam:
لا تزال من أمتي ظاهرين حتى يأتيهم أمر الله….
“Akan selalu ada dari ummatku sekelompok orang yang menampakkan (Al-Haq) sampai datang kepada mereka ketentuan Allah…”.
f. As-Salafiyyah atau As-Salafiyyun
As-Salafiyyah merupakan penyandaran (nisbah) kepada As-Salaf. Salaf adalah sekelompok orang-orang yang terdahulu. Allah Azza wa Jalla berfirman:
{فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلًا لِلْآخِرِينَ} (56) سورة الزخرف
“Dan Kami jadikan mereka sebagai salaf (=pelajaran) dan contoh bagi orang-orang yang kemudian” (QS. Az-Zukhruf: 56)
Bagian ketiga menerangkan tentang maksud kalimat salaf (sholih, pent).
Para ulama berbeda pendapat ketika mendefinisikan makna salafus sholih, ada tiga pendapat dalam hal ini:
1. Salafus sholih adalah para sahabat saja.
2. Salafus sholih adalah para sahabat dan tabi’in.
3. Salafus sholih adalah para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in.
Menurut Syaikh Muhammad Kholifah At-Tamimiy hafizahullah Ta’ala dalam kitabnya (2), makna yang benar adalah pendapat yang ketiga. Jadi Salafus Sholih adalah para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in. Hal ini sebagaimana persaksian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya (artinya):”Sebaik-gabiknya generasi adalah pada masaku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya…”,pent.
Bagian keempat, menerangkan tentang keharusan menampakkan madzhab salaf serta penjelasan tentang sikap mereka terhadap ahlul bid’ah.
Bagian kelima, menerangkan tentang bolehnya berintisab kepada salafus sholih dan berlaqob kepada mereka.
Bagian keenam, menerangkan tentang dalil-dalil yang menerangkan akan kewajiban berittiba’ kepada salafus sholih dan berpegang teguh dengan madzhab mereka.
Bagian ketujuh, menerangkan tentang manhaj salafus sholih dalam masalah aqidah.
Bagian kedelapan, menerangkan tentang manhaj ahlul bid’ah dan ahwa’ (=pengikut hawa nafsu).
Bagian kesembilan, menerangkan tentang jalan keselamatan dari perpecahan adalah dengan mengikuti salafus sholih dan meninggalkan perbuatan bid’ah.
Bagian kesepuluh, menerangkan tentang beberapa kaidah dalam manhaj salafus sholih. Diantara kaidah-kaidah itu adalah sbb:
a. Kaidah dalam beramar ma’ruf nahi munkar.
b. Kaidah dalam beribadah.
c. Kaidah dalam beramal sholih dan menuntut ilmu.
Bagian kesebelas, menerangkan tentang sikap ahlus sunnah wal jama’ah terhadap ahlul bid’ah.
Bagian kedua belas, menerangkan tentang etika ahlus sunnah wal jama’ah dalam membantah golongan yang menyimpang.
Bagian ketiga belas, menerangkan tentang ketentuan-ketentuan yang perlu diketahui oleh perseorangan maupun jama’ah.
Bagian keempat belas, menerangkan tentang tempat-tempat atau sebab-sebab yang membolehkan melakukan ghibah dan jarh dalam pandangan ulama islam.
0 komentar:
Post a Comment