Home » » PELAJARAN DASAR TAUHID; DEFINISI SERTA MACAMNYA

PELAJARAN DASAR TAUHID; DEFINISI SERTA MACAMNYA

Aqidah
Definisinya : segala hal yang terkait dengan keyakinan-keyakinan.

Tauhid
Definisi : - Secara bahasa : Menjadikan sesuatu itu satu.
- Secara istilah syari’at : Meng-Esakan Alloh Ta’aala dalam perkara-perkara yang khusus bagi Alloh Ta’ala; yaitu dalam perkara Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asmaa dan Sifaat.

Dari penjelasan diatas maka Tauhid itu terbagi menjadi 3 :
1- Tauhid Rububiyyah.
2- Tauhid Uluhiyyah.
3- Tauhid Asmaa dan Sifaat.

1- Tauhid Rububiyyah
Yaitu : Meng-Esakan Alloh Ta’aala dalam 3 perkara, dalam hal Penciptaan, Pemilikan dan Pengaturan alam ini.

a- Alloh Ta’aala sebagai satu-satunya Pencipta. Maksudnya adalah Alloh Ta’aala adalah sabagai satu-satu Pencipta yang hakiki/sebenarnya.

“Adakah Pencipta selain Allah.” Qs. Fathir : 3.

Pertanyaan :
Lalu bagaimana dengan Firman Alloh Ta’aala :

فَتَبَارَكَ الله أَحْسَنُ الْخَالِقيْنَ
“Maha Barakah Nama Alloh ; Sebaik-baik Pencipta.”

Juga hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
Bahwa nanti di hari kiyamat dikatakan kepada para pembikin gambar/patung makhluq bernyawa :

أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ

“Hidupkan apa yang telah kalian ciptakan.” Hr. Al-Bukhari dalam shahihnya, dan Muslim dalam shahihnya dari hadits Ibnu ‘Umar.

Bukankah dalam ayat dan hadits tadi ada penetapan bahwa makhluq/manusia itu memiliki sifat Mencipta? Apakah keliru/salah keyakinan kita bahwa Alloh Ta’aala itu sebagai satu-satunya Pencipta?

Jawabannya :
Perlu diketahui bahwa Hakikat Mencipta adalah : menjadikan yang asalnya tidak ada menjadi ada. Dalam hal ini hanya Alloh Ta’aala Yang Maha Mampu.

Sedangkan makhluq/manusia itu tidaklah mencipta dengan hakikat sebenarnya. Namun makhluk/manusia itu hanya merubah sesuatu dari satu bentuk kepada bentuk yang lain. Bukan mengadakan sesuatu yang tidak ada itu lalu menjadi ada.

Sehingga benarlah keyakinan kita bahwa Alloh Ta’aala itu sebagai satu-satunya Pencipta yang sebenarnya; yang tidak ada seorang makhluqpun yang mampu menandingi Alloh Ta’aala dalam perkara ini dan pada semua perkara.
“Tidak ada sesuatupun yang semisal dengan Dia.” Qs. Asy-Syuura : 11.

b- Alloh Ta’aala sebagai satu-satunya Pemilik.
Yaitu adalah Pemilik Tunggal alam ini secara mutlak termasuk yang Memiliki kita, nyawa kita dan seterusnya.
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu.” Qs. Ali ‘Imran : 189.

Adapun kalau makhluk dikatakan memiliki sifat memiliki, maka hanya terbatas pada apa-apa yang diperbolehkan oleh Alloh Ta’aala.

c- Alloh Ta’aala sebagai satu-satunya Pengatur alam ini. Termasuk juga satu-satunya Pengatur syari’at.
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.” Qs. Al-A’raaf : 54.

2- Tauhid Uluhiyyah/ibadah
Yaitu : Meng-Esakan Alloh Ta’aala sebagai satu-satunya yang berhak untuk diibadahi.
Dan ini adalah bentuk realisasi dari makna kalimat لا إله إلا الله . Makna kalimat ini adalah : “Tidak sesembahan yang berhak disembah/diibadahi kecuali Alloh.”
Makna ini diambil dari beberapa sisi :
a- Menurut bahasa :
لا : Tidak ada
إله : maknanya adalah “Yang Di Ilahkan/Disembah/Sesembahan”
Ditambah dengan “Hak” jadi maknanya : sesembahan yang hak. Sebagaimana yang disebutkan dalam Qs. Al-Hajj : 62.
إلا : kecuali
الله : Alloh.

b- Menurut Al-Qur’an :
“Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dia-lah sesembahn yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Qs. Al-Hajj : 62.

c- Didalam hadits riwayat Al-Bukhari : bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


قُوْلُوْا : لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله تُفْلِحُوْا

“Katakan oleh kalian لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله niscaya kalian akan bahagia (dunia dan akhirat).”

Orang-orang musyrik yang diajak oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengucapkan kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله , mereka paham akan konsekuensi dengan ucapan ini; bahwa mereka harus meninggalkan sesembahan-sesembahan selain Alloh Ta’aala dan hanya menjadikan Alloh Ta’aala itu sebagai satu-satunya sesembahan yang berhak untu diibadahi. Mereka paham bahwa “Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Alloh.” Sehingga mereka spontan memberikan jawaban penolakan atas ajakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini :

“Apakah dia (Muhammad) hendak menjadikan sesembahan-sesembahan itu hanya satu saja? Sesungguhnya Ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” Qs. Shaad : 5.

Dari sini menunjukkan bahwa da’wah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mengajak mereka untuk men-Tauhidkan Alloh dalam hal ibadah (kepada makna tauhid Uluhiyyah). Karena ketika seorang hanya men-Tauhidkan Alloh dalam hal Rububiyyah ( Alloh sebagai satu-satunya Pencipta, Pemilik dan Pengatur ), maka hal ini telah diyakini oleh kaum musyrikin. Alloh Berfirman tentang keadaan mereka :

* Pernyataan kaum musyrikin bahwa Alloh Ta’ala Pencipta segala sesuatu :

“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui". Qs. Az-Zukhruf : 9.

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", Maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah )?” Qs. Az-Zukhruf : 87.

* Pernyataan musyrikin bahwa Alloh Ta’aala sebagai satu-satunya Pemilik alam ini :
“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?" Qs. Al-Mu’minun : 84-89.

* Pernyataan musyrikin bahwa Alloh satu-satu Pengatur alam ini :

"Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" Qs. Yunus : 31.

Namun tatkala mereka masih memberikan ibadah kepada selain Alloh (tidak merealisasikan tauhid Uluhiyyah) maka mereka tidak dianggap sebagai Muslimin dan masih dikatakan sebagai musyrikin.

d- Demikian pula penafsiran shahabat.

3- Tauhid Asmaa dan Sifaat
Yaitu : Meng-Esakan Alloh Ta’aala dalam Nama-Nama dan Sifat-Sifat yang khusus bagi Alloh Ta’alaa.
“Hanya milik Allah Asmaa-ul Husna, Maka berdoa/beribadahlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaa-ul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya, nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” Qs. Al-A’raaf : 180.

Didalam menetapkan Nama-Nama dan Sifat-Sifat bagi Alloh Ta’aala ada beberapa kaidah penting, diantaranya :

a- Kita menetapkan Nama-Nama dan Sifat-Sifat bagi Alloh sesuai dengan apa-apa yang Alloh Ta’aala Tetapkan bagi diri-Nya didalam Al-Qur’an dan sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits-hadits yang shahih.
Kenapa demikian?

Karena Alloh Ta’aala adalah Dzat Yang Maha Ghaib yang belum pernah kita melihat-Nya. Sehingga tidak mungkin kita menetapkan Nama-Nama dan Sifat-Sifat bagi Alloh Ta’aala melainkan dari sumber yang tahu tentang Alloh Ta’aala. Dalam hal ini maka Alloh Ta’aala Yang Paling Tahu tentang diri-Nya , demikian pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diberitahu oleh Alloh Ta’aala. Karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah berbicara dengan hawa nafsu melainkan dengan wahyu.
“Dan tidaklah dia (Muhammad) berbicara menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” Qs. An-Najm : 3-4.

Alloh Ta’aala Mengharamkan kita berbicara tentang Alloh Ta’aala tanpa ilmu (berita dari Alloh dan Rasul-Nya) :
“Katakanlah: "Rabb-ku Hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." Qs. Al-A’raaf : 33.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” Qs. Al-Israa : 36.

Diantara ucapan yang salah (tidak didasari ilmu/berita dari Al-Qur’an dan Hadits yang shahih) didalam memberikan Nama bagi Alloh Ta’aala adalah ucapan pada masyarakat (terutama Jawa) yakni mereka memerikan Nama bagi Alloh dengan penamaan : “gusti Alloh.”
Ucapan ini terasa ringan dimulut, namun sesungguhnya mendatangkan kemurkaan Alloh Ta’aala berlandaskan Ayat-Ayat di atas.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكّلَّمَ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سخت الله ، لاَ يُلْقِ لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّم

“Sesungguhnya seorang hamba dia (benar-benar) berbicara dengan suatu kalimat yang termasuk (yang mendatangkan) kemurkaan Alloh, namun dia tidak menyadari kedudukan kalimat tersebut; ternyata menjerumuskan dia kedalam jahanam.” Hr. Al-Bukhari.

b- Kita menetapkannya sebagaimana adanya, dengan tanpa tahrif (menyimpangkan) dan tanpa ta’thil (meniadakan) serta tanpa takyiif (membagaimanakan) dan tanpa tamtsiil (memisalkan).
Tahrif : memalingkan makna/huruf tanpa adanya qorinah/indikasi/pendukung..
Ta’thil : menolak/meniadakan.
Takyiif : membagaimanakan.
Tamtsil : memisalkan.
- Contoh tahrif : tentang Sifat Alloh yaitu Istiwa yang makna sebenarnya adalah Tinggi dan Meninggi diatas semua makhluqnya. Lalu oleh sebagian orang di tahrif kepada makna “menguasai.”
- Contoh ta’thil : sebagian orang karena khawatir menyamakan sifat Alloh Ta’aala itu sama dengan makhluq-Nya maka mereka meniadakan Sifat bagi Alloh. Sehingga ditolak Sifat-Sifat Alloh tersebut.
- Contoh takyiif : dengan bertanya bagaimanakah sifat Alloh? Atau dengan cara membagaimanakan/memperagakan sifat Alloh disamakan dengan makhluq (seperti Sifat Alloh “Turun”), mereka menyamakan dengan turunnya makhluq dari singgasana.
- Contoh tamtsil : yaitu dengan menyerupakan “Tangan Alloh” sama dengan tangan makhluq.

c- Kita menetapkan-Nya dengan tanpa memisalkan dan mensucikan-Nya dengan tanpa menolak.


إِثْبَاتٌ بِلاَ تَمْثِيْلٍ وَتَنْزِيْهٌ بِلاَ تَعْطِيْلٍ

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.” Qs. Asy-Syuura : 11.

d- Nama-Nama Alloh Ta’aala tidak terbatas dengan bilangan tertentu.
Berlandaskan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيِْ كِتَابِكَ ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ ، أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ.
“Aku meminta kepada Engkau ( Ya Alloh) dengan segala Nama Yang Engkau Miliki, yang Engkau Namakan Dir-Mu dengan-Nya, atua yang telah Engkau Turunkan dalam Kitab Suci Engkau, atau yang telah Engkau Ajarkan kepada salah seorang dari makhluq-Mu, atau yang Engkau Sembunyikan pada Ilmu Ghaib disisi Engkau.” Hr. Ahmad, Ibnu Hiban dan Al-Hakim.
Nama-Nama yang Alloh Sembunyikan pada ilmu ghaib, tidak mungkin seorangpun yang bisa menghitung-Nya.

Adapun sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits berikut ini :

إِنَ لِلَّهِ تِسْعَة وَتِسْعِيْنَ اسْمًا مِائَة إِلاَّ وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya Alloh Memiliki 99 Nama; dimana barangsiapa yang menghitung-Nya maka masuk sorga.” Hr. Al-Bukhari.

Ini tidak menunjukan hanya terbatas dengan bilangan ini (99). Namun ini adalah keutamaan tentang barangsiapa yang menghitung 99 Nama Alloh (dalam hadits ini) maka masuk sorga. Yakni Alloh Mempersiapkan sorga bagi yang menghitung sejumlah itu.

Sebagai contoh (untuk memudahkan memahaminya) : seseorang menyatakan : “Aku memiliki 100 dirham yang aku persiapkan untuk shadaqoh.” Ucapan ini bukan menunjukkan bahwa orang tersebut hanya memiliki uang 100 dirham. Bisa jadi lebih dari itu. Adapun yang dipersiapkan untuk shadaqoh hanya 100 dirham.

0 komentar:

ANDA MEMBUTUHKAN BIBIT MANGGA BERKWALITAS?

Kami Bibit Unggul Nursery menyediakan berbagai Bibit Mangga Berkwalitas, missal: Mangga Erwin/Irwin, Mangga Kiojay, Mangga Chokanam, mangga Namdokmay, Mangga Mahatir. Kami juga menyediakan Bibit Durian Monthong, Durian Bhineka Bawor, Jeruk Chokun, Jeruk Santang.

Segera Hubungi Kami di:

0852-2081-6455.

Lengkapi koleksi kebun Anda dengan Bibit Berkwalitas dari kami

Kami siap melayani pembelian(Grosir dan Eceran) bibit dari seluruh Indonesia dengan kwalitas bibit unggulan dan harga terjangkau.

Komentar Terbaru