MAKNA AL-WALA’ DAN BARO’
Oleh: Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-’Utsaimin
Oleh: Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-’Utsaimin
Syaikh Muhammad Sholih Al-’Utsaimin rahimahullah ditanya:”Apakah makna Al-Wala’ dan Al-Bara’ itu?
Jawab: Al-Wala’ (loyalitas) dan Al-Bara’ (berlepas diri) kepada Allah Azza wa Jalla adalah: hendaknya manusia bara’ dari segala hal yang Allah bara’ darinya, sebagaimana firman-Nya:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ …(4) سورة الممتحنة.
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrohim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:’Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari kekafiranmu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah semata” (QS. Al-Mumtahanah: 04).
Bara’ diberikan kepada orang-orang musyrik sebagaimana firman-Nya:
وَأَذَانٌ مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الأَكْبَرِ أَنَّ اللّهَ بَرِيءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ (3) سورة التوبة.
“Dan inilah suatu permakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin…” (QS. At-Taubah: 03).
Maka setiap muslim wajib bara’ dari setiap orang musyrik dan orang kafir, ini dalam hubungannya dengan manusia.
Demikian juga, orang muslim wajib bara’ dari setiap amalan yang tidak diridloi oleh Allah Azza wa Jalla, walaupun amalan itu tidak membuat seseorang menjadi kafir, seperti amalan-amalan kefasikan dan kedurhakaan, sebagimana firman-Nya:
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُوْلَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) سورة الحجرات.
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauan kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” (QS. Al-Hujurat: 07).
Bila ada seorang mukmin yang mempunyai amalan iman dan amalan maksiat, maka kita berwala’ kepadanya atas dasar keimanannya dan kita membencinya sebatas kemaksiatannya. Inilah yang banyak terjadi dalam kehidupan kita, terkadang kamu mengambil suatu obat yang rasanya tidak enak sehingga kamu membenci rasanya. Selain itu kamu juga menyukainya, karena di dalamnya mengandung obat bagi orang yang sakit.
Ada orang yang lebih membenci orang mukmin yang telah berbuat maksiat daripada bencinya terhadap orang kafir. Ini adalah suatu hal yang mengherankan. Ia membalikkan sesuatu dari semestinya. Orang kafir adalah musuh Allah, musuh Rasul-Nya dan musuh orang-orang mukmin. Kita wajib membenci mereka di dalam hati kita.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاء تُلْقُونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءكُم مِّنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ أَن تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ رَبِّكُمْ إِن كُنتُمْ خَرَجْتُمْ جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَابْتِغَاء مَرْضَاتِي تُسِرُّونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا أَخْفَيْتُمْ وَمَا أَعْلَنتُمْ وَمَن يَفْعَلْهُ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاء السَّبِيلِ (1) سورة الممتحنة.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka berita-berita Muhammad, karena rasa kasih saying; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang dating kepadamu, mereka mengusir Rasul dan mengusir kamu karena kamu beriman kepada Allag, Rabbmu. Jika kamu benar-benar keluar berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridloan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa diantara kamu melakukannya, maka sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus” (QS. Al-Mumtahanah: 01).
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (51) سورة المائدة.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemimpinmu; sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk keada orang-orang yang zalim” (QS. Al-Maidah: 51).
Orang-orang kafir tidak akan ridlo dengan keimanan kamu kecuali kamu mengikuti agama merekandan engkau jual agamamu.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ (120) سورة البقرة.
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridlo kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka” (QS. Al-Baqarah: 120).
Firman-Nya:
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّاراً حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ… (109) سورة البقرة.
“Sebagaian besar Ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran” (QS. Al-Baqarah: 109).
Ini mencakup semua macam kufur, yaitu menolak , ingkar, mendustakan, syirik dan ilhad (menyimpang).
Adapun tentang amal, kita harus bara’ dari semua amalan yang haram. Kita tidak boleh kompromi dengan amalan-amalan haram, juga tidak boleh melakukannya. Orang mukmin yang berbuat maksiat, kita bara’ darinya karena perbuatan maksiatnya dan kita masih mencintai dan wala’ kepadanya karena keimanannya.
Dinukil dari: Majmu’ Fatawa Arkanil Islam, soal no: 94.
0 komentar:
Post a Comment